" 15 Filsafah Orang Jawa "



1. 
Alon-alon waton klakon “

Maksunya Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang safety/keselamatan. Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang safety.

2. “ Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan “

[Kita hendaknya] tidak gampang sakit hati tatkala musibah menimpa diri, tidak sedih [berkepanjangan] tatkala kehilangan sesuatu

 

3. Mangan ora mangan sing penting ngumpul “

Maksunya Makan tidak makan yang terpenting adalah bisa berkumpul (kebersamaan).

Filosofi ini merupakan sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat jika diartikan secara aktual. Filosofi ini sangatlah penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau bangsa kita ini mendasarkan demokrasi dengan falsafah diatas pastinya negara kita akan aman, tentram dan sejahtera.

Filsafah “Mangan ora mangan” melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) sedangkan pihak yang lain tidak. Yang tidak dapat apa-apa tetap legowo atau menerima dengan lapang dada. Dan kata dari “Sing penting ngumpul” melambangkan berpegang teguh pada persatuan, kebersamaan, yang artinya bersatu untuk tujuan bersama.

Filosofi dari kalimat peribahasa “Mangan ora mangan sing penting kumpul” adalah filosofi yang cocok yang dapat mendasari kehidupan demokrasi bangsa Indonesia agar tujuan bangsa ini terwujud.

4. “ Memayu Hayuning Bawono, Ambrasta Dur Hangkoro ”

[Kita] harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

5. Nerimo ing pandum ”

Makna dari kata adalah mengandung Arti yang mendalam menunjukan pada sikap Kejujuran, keiklasan, ringan dalam bekerja dan ketidakinginan untuk korupsi.

Inti filosofi ini adalah Orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan.

6. “ Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho ”

[Kita bisa] berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan / mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan / kekuatan / kekayaan / keturunan, kaya tanpa didasari hal-hal yang bersifat materi.

 

7. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno “

[Kita hendaknya] tidak sombong saat sedang berkuasa, sedang populer/kaya, sedang jaya

8. “ Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman “

[Kita hendaknya] tidak mudah merasa heran, tidak mudah merasa menyesal, jangan mudah terkejut dengan sesuatu, tidak kolokan atau manja.

9. “ Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan Lan Kemareman “

[Kita hendaknya] tidak terobsesi atau terkungkung dengan kedudukan, materi dan kepuasan duniawi.

10. “ Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka “

[Kita hendaknya] tidak merasa paling pandai / pintar agar tidak tersesat, tidak suka berbuat curang [ingkar] agar tidak celaka.

11. “ Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendho “

[Kita hendaknya] tidak tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah dan tidak berpikir gamang / plin-plan agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

12. Saiki jaman edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo “

Maksudnya adalah sekarang zaman edan (gila), yang nggak endan nggak bakal kebagian, Hanya orang yang ingat kepada Allah dan waspada yang beruntung.

Disini saja juga tidak cukup dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan

13. “ Sura Dira Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti “

Segala sifat keras hati, picik, angkara murka hanya bisa dikalahka dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

14. Urip Iku Urup “

Hidup itu [bagaikan] nyala [api], hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita.

15. Wong jowo iki gampang di tekuk – tekuk “

Maksud dari Filosofi ini juga merupakan ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah ‘Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk’.

Ungkapan ini menunjukan orang jawa itu fleksibel dalam kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun baik kaya, miskin, pejabat atau pesuruh sekali pun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat dalam bekerja dan selalu ulet dalam menggapai cita-citanya.



Itulah beberapa pandangan hidup, pedoman dan prinsip yang telah diterapkan sejak dahulu yang biasa menjadi nasehat orang jawa. Filosofi jawa meskipun kini semakin luntur dimakan zaman, namun akan selalu tertancap di jiwa orang jawa. Harapannya Kita (Yang Menjadi Anak-Cucu Leluhur Jawa) dapat melestarikan-nya; sehingga mampu bertahan culture (Ciri khas) sebagai orang Jawa mampu bertahan hingga Akhir Hayat Dunia. Amiin, Ya Rabbal Alamin…

No comments:

Post a Comment

Jika ada pertanyaan atau hal yang kurang jelas terkait dengan Majelis(Donasi dan lain sebagainny), Silakan Hubungi CP kami

Customer Support